Kembali ke masa lalu saat tawa dan canda kita hanya berakhir dalam angin dan deburan debu.
dan setiap kata-kata hanya kisaran pemandangan mimpi untuk
ditutup dan dilipat.
Lalu kita melukis bayang-bayang. Kabur menutupi sedikit
celotehan tentang terwujudnya sebuah mimpi kelak.
Lalu kita berhenti sejenak sembari saling berpegangan di
bawah jam yang berdetak.
Kau bilang matahari akan selalu datang buatku di pagi hari,
menghiburku saat dirimu tidak ada atau sejenak pergi.
membangunkan jutaan malaikat yang menyambut doa-doaku untuk
mereka amini.
Benar saja.
Rasanya seperti mimpi.
Kumelihat riuh di sekelilingku seakan guncangan huru hara
menyelimuti bumi.
Dan angin menerpa sekelilingku, menggoyang dan menyeka
keringatku yang terbang,
menghilangkan selembar suara.
Entah mengapa, semua nampak bergetar dan berdengung, dan
dalam kegamangan itu,
… aku bisa mendengar suaramu dengan jelas.
… melihat matamu dengan jelas.
… menyentuh pipimu serasa kulitku menghangat.
… dan mendekatkan bibirku dan kuhirup satu-satunya nafasmu.
Perjalanan yang melelahkan mengingat aku tak selalu
bersamamu.
Di antara dinding-dinding aku mendengar melodi yang
hingar-bingar.
Namun suaramu tetap sama.
Tunggal.
Purna.
Bayangan itu kini tegak.
Menandakan kau masih ada di sana.
Kini berdiri di atas kakimu sendiri, menatapku dalam jarak
dan kejenuhan sesaat.
Melambai dan menciumku menembus udara, mengingatkan aku
tentang banyak hal.
Tentang kertas-kertas yang tertutup dan bertulis
mimpi-mimpi,
tentang roda yang berputar dan memutarkan takdir yang
terlanjur terpatri,
tentang boneka kecil yang kau berikan dalam posisi berdiri,
atau sekadar bulan yang kau samakan dengan mukaku yang
berbintik di sana-sini.
Aku merasakan angin tetap lembut,
merabaku setiap petang tatkala jari-jariku menuliskan
setiap kalimat yang pernah kau sampaikan.
Biarkanlah semua ini berlanjut.
Memenuhi takdirnya sendiri seperti kita memenuhi tugas
kita.
Di saat semuanya menjadi jelas nanti,
kita akan menerima semuanya.
menyeru pada kebenaran dan tersenyum pada kebodohan.
Aku akan menuliskan semua itu sampai mati.
Buat saat ini, tersenyumlah wahai bidadari.
Tags:
Poem
Leave a comment